SUMSELKITA.COM, Jakarta, – Saat ini pemerintah terus menggenjot cakupan imunisasi di seluruh pelosok Indonesia. Cakupan imunisasi rutin lengkap nasional perlahan kembali meningkat pascapandemi COVID-19.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Indonesia saat ini telah berhasil meningkatkan kembali cakupan imunisasi, dari 84 persen pada 2019 menjadi 94,9 persen pada 2022.
“Saya beri nilai bagus, namun itu belum cukup. Masih ada sekitar lima persen atau 240 ribu anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap,” ungkap Menkes Budi melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik pada Kamis (11/5/2023).
Artinya, lanjut Menkes Budi anak-anak tersebut masih berisiko tinggi terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Percepatan imunisasi perlu dilakukan terutama di Daerah Terluar, Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK).
Selain itu juga di daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah. Menurut Menkes Budi, implementasinya perlu difokuskan pada dua hal. Pertama, meningkatkan pengetahuan masyarakat utamanya ibu hamil .
Pentingnya perilaku promotif preventif melalui pemberian imunisasi rutin lengkap pada anak. Menkes Budi mengatakan jangan menjadikan imunisasi sebagai program eksklusif, tapi harus menjadi gerakan yang sifatnya inklusif.
“Supaya kepemilikannya ada di seluruh ibu-ibu Indonesia, bukan kepada gubernur atau bupati tetapi kepada seluruh ibu hamil di Indonesia. Yang dia akan merasa bersalah kalau anaknya tidak di imunisasi,” kata Menkes Budi.
Kedua, memeratakan cakupan imunisasi di seluruh pelosok Tanah Air. Logistik imunisasi harus bisa terdistribusi di kurang lebih 7000 pulau di Indonesia.
“Tugas kita memeratakan pelayanan kesehatan untuk semua masyarakat, tua atau muda, kaya atau miskin. Prinsip kesetaraan itu harus ada. Kita sebagai negara kepulauan, itu tidak mudah. Kita yakin dengan kebersamaan bisa melakukannya,” jelas Menkes Budi.
Foto: Kemenkes
Sumber Infopublik.id