oleh

Di Hadapan Para Dai dan DKM, Ketua KPU Ajak Perkuat Persatuan Jelang Pemilu

SUMSELKITA.COM, JAKARTA – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy’ari menyampaikan keteladanan menjadi faktor penentu dalam mencapai kepemimpinan yang efektif.

Hal tersebut disampaikannya dalam acara Silaturahim & Halaqah Dakwah yang bertajuk “Urgensi Peran Dai dan Dewan Kemakmuran Masjid dalam Menjaga Ukhuwah di Tahun Politik”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Aula Buya Hamka, Jakarta, Selasa (16/5/2023).

“Kalau kita ingin mengukur kepemimpinan yang efektif itu cuma satu yaitu keteladanan. Rasulullah diikuti oleh masyarakat Arab kala itu, karena keteladanan yang dimiliki, bukan sekadar ucapannya,” ungkap Hasyim dikutip dari Youtube Komisi Dakwah MUI, Rabu (17/5/2023).

Ketua KPU menyebut, MUI sebagai salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia ikut andil dalam memperikan keteladanan kepada umat. Dengan demikian, kepemimpinan yang ada di MUI ataupun pada organisasi Islam lainnya akan efektif.

Selain itu juga mampu menyebarkan Islam yang ramah di tengah-tengah suasana menghadapi tahun politik 2024 nanti.
“Dalam konteks Pemilu, perbedaan terkiat identitas merupakan suatu keniscayaan. Ini tidak bisa dihindari. Akan tetapi poin utamanya adalah bagaimana mencari titik temu dalam perbedaan tersebut. Di sinilah peran para tokoh agama dan MUI dalam membimbing umat,” katanya.

Lebih lanjut, Hasyim juga mengingatkan bahwa Pemilu dan Pilkada merupakan arena konflik yang dianggap sah dan legal untuk meraih atau pun mempertahankan kekuasaan.

Oleh karenanya, apabila terdapat topik pembicaraan terkait bagaimana caranya mengurangi atau menghilangkan meminimalisir konflik dalam pilkada dan pemilu, hal tersebut mustahil. Sebab, di sana lah arena konflik.

“Saya rasa ini yang harus kita pahami bersama. Tidak mungkin menghilangkan konflik, sebab satu kursi diminati banyak orang,” bebernya.

Ketua KPU mengingatkan bahwa pertarungan di dunia politik harus dihindari dan dicegah agar tidak melahirkan kekerasan. Segala tindakan kekerasan tentunya tidak dibenarkan baik secara fisik maupun verbal.

“Mari bersama mencari titik temu dari berbagai identitas yang melekat dalam diri kita. Terlebih tahun politik sudah di depan mata. Jangan sampai konflik yang ada justru memecah belah persatuan bangsa,” kata dia. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)